Miom

Miom adalah tumor jinak yang tumbuh di dinding rahim bagian dalam atau bagian luar. Penyakit ini biasa disebut juga fibroid, leiomioma, leiomiomata, atau fibromiom. Miom atau uterine fibroid merupakan jenis tumor jinak yang umum terjadi pada wanita usia 30–50 tahun. Orang yang menderita miom bisa memiliki satu atau beberapa benjolan dengan ukuran yang berbeda-beda.

PENYEBAB DAN FAKTUR RISIKO MIOM

Penyebab miom belum diketahui secara pasti. Tetapi, masalah miom diduga terkait dengan peningkatan hormon estrogen dan progesteron, serta riwayat miom dalam keluarga. Faktor risiko mioma uteri diantaranya:

Adanya riwayat penyakit serupa dalam keluarga.
Usia produktif, sekitar 16-50 tahun.
Memiliki riwayat penyakit miom di keluarga.
Mengalami menstruasi terlalu dini
Ras (wanita berkulit hitam lebih mungkin mengalami fibroid)
Menstruasi pertama di usia yang terlalu muda.
Berat badan berlebihan (obesitas)
Pemakai KB hormonal.
Kekurangan vitamin D.
Konsumsi daging merah yang berlebihan.
Kurangnya konsumsi sayuran hijau dan buah-buahan.
Konsumsi alkohol secar berlebih.

GEJALA MIOM

Penyakit miom sering tidak menimbulkan gejala. Tetapi ada beberapa tanda atau gejala miom diantaranya:

Masa menstruasi sangat panjang dan berat.
Sering buang air kecil.
Buang air kecil yang tidak lancar.
Konstipasi atau kembung.
Nyeri di bagian belakang kaki.
Nyeri atau tekanan pada panggul.
Nyeri saat berhubungan intim.
Sering buang air kecil karena tekanan miom pada kantung kemih.
Perut membesar.

PENCEGAHAN MIOM

Pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari mioma uteri adalah sebagai berikut:

Menjaga berat badan agar tetap dalam batas ideal.
Mengurangi konsumsi daging merah dan minum alkohol.
Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran hijau.

DIAGNOSIS MIOM

Diagnosis terhadap miom dapat ditegakkan melalui pertanyaan-pertanyan, pemeriksaan fisik, dan bantuan pemeriksaan penunjang seperti:

Ultrasonografi (USG)
Menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk mendeteksi keberadaan, lokasi, ukuran, dan jumlah fibroid rahim.
MRI
Tes pencitraan ini menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar organ dalam tubuh. Melalui tes MRI dokter dapat mengetahui ukuran, jumlah, dan lokasi fibroid rahim, serta mendeteksi jenis tumor dan menentukan pilihan pengobatan yang tepat.
– Histerosalpingografi (HSG)
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada wanita yang sulit hamil. Dokter menggunakan tes ini untuk memeriksa rongga rahim dan tuba falopi melalui sinar-X
Histerosonografi
Dokter akan menggunakan cairan khusus untuk memperjelas gambaran bagian dalam rahim sehingga memudahkan dokter mendeteksi keberadaan mioma uteri
Laparoskopi
Dokter akan membuat sayatan kecil di area pusar untuk memasukkan alat khusus yang disebut laparoskop. Alat tersebut dilengkapi dengan lampu dan kamera yang dapat membantu dokter melihat kondisi rahim dan mendeteksi keberadaan mioma pada rahim.
Histeroskopi
Apabila pasien diduga memiliki kelainan di dalam rahim maka dokter akan melakukan pemeriksaan histeroskopi. Pada pemeriksaan ini, dokter akan memasukkan alat yang disebut histeroskop melalui vagina hingga mencapai rahim. Melalui histeroskopi, dokter dapat mengevaluasi dinding rahim dan mendeteksi keberadaan fibroid rahim.

Kembali ke Atas